Chapter 2, Part III, Patronus

Patronus, March, 2018.

Patronus, a symbol of happy memory and hope. 

I always wonder why I never be able to cast a patronus, now I know why the dark never leave me, because I don't have any happy memories. 

Jika anda bertanya kepada saya, "Apa arti kebahagiaan untuk anda?"

Jawaban saya adalah, "ketika ada orang yang menganggap saya ada". 

I mean, ketika ada orang yang menanyakan kabar saya, mengajak saya untuk hangout dsb, hal simple itu somehow terkadang membuat saya sedikit merasakan kebahagiaan.

Mungkin bagi kebanyakan kalian adalah hal biasa ketika ada yang menanyakan kabar kalian, adalah hal biasa mendapat ajakan hangout dari teman atau kerabat, tapi tidak bagi saya.
Kenyataannya yang terjadi adalah saya sering mencari perhatian, saya bahkan terkadang memaksa teman dan kerabat saya hanya untuk sekedar menemani saya hangout, I begging to you guys to acompany me when I feeling lonely.

Itu adalah arti kebahagiaan bagi saya, karena dengan begitu artinya ada orang yang menganggap saya ada, ada orang yang peduli dan menginginkan kehadiran saya, artinya saya tidak berdiri sendirian di dunia ini.

Saya sering membuat lelucon bodoh di depan teman-teman yang sering kali tidak lucu, bukan bermaksud untuk melucu, hanya saja saya membutuhkan itu untuk membuat diri saya lupa atau setidaknya membodohi diri saya sendiri bahwa saya kesepian.

Karena bagi saya tertawa dan senyum palsu itu dapat menutupi rasa kesepian saya walau hanya sesaat. I need that everytime, I do that everytime.

Jika saja bahagia itu menjadi kenyataan, i wish that happen, is that really gonna happen? for someone like me? Apakah saya juga berhak untuk mendapat kebahagiaan?

Saya lelah untuk kesepian, tapi sepertinya perlahan itu sudah membuat saya menjadi terbiasa, hingga saya tidak dapat merasakan sedih atau apapun lagi. 

Ya lebih baik mati rasa dari pada dapat merasakan perasaan sedih atau mengharapkan perasaan bahagia yang merupakan fantasy.

Sincerely,
ZM